Gigi Nyaris Habis Tercabut

20 Sep 2018
Anton Harnoto (68), belakangan tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Sejak akhir tahun lalu bapak lima orang anak dan enam cucu itu sudah terbebas dari sakit Trigeminal Neuralgia yang sudah 10 tahun diidapnya.  “Sekarang saya bagaikan terlahir kembali. Saya sudah terbebas dari siksaan yang luar biasa hebat,” katanya dengan suara riang.

Cerita pengusaha aluminium sukses di Jakarta ini memang cukup tragis. Ceritanya, tidak jauh dengan penderita TN yang lain. Pada sepuluh tahun silam itu diawali dari gigi bagian belakang yang terasa sakit kemudian menjalar ke bagian wajah dan sekitarnya. 
Karena berada di kawasan mulut, sehingga ia segera berobat ke dokter gigi untuk menyembuhkan. Oleh dokter, salah satu bagian giginya yang diduga kuat sebagai pemicu sehingga ia tak keberatan untuk dicabut. “Sebenarnya gigi saya sehat, tapi karena dokter mengatakan itu adalah pemicunya jadi saya nurut saja,” kata Anton.

Tapi setelah dilakukan pencabutan pertama ternyata tak mengurangi rasa sakitnya sehingga ia rela ketika dokter menyarankan untuk melakukan pencabutan gigi yang lain. “Saya waktu itu mengikuti apa saja kata dokter, soalnya saya sudah tidak tahan dengan wajah saya yang rasanya seperti ditusuk-tusuk, bahkan kadang seperti disetrum,” cerita Anton.

Celakanya, setelah dua gigi yang dicabut terbukti tak bisa menghilangkan rasa sakit, ternyata tidak membuat ia keberatan ketika gigi-gigi sehat lainnya untuk dicabut dan hanya menyisakan satu gigi depan bawah saja. “Saya tak bisa berpikir normal, ibaratnya diapakan saja, yang penting saya terbebas dari penderitaan yang luar biasa ini,” cerita Anton yang kini terpaksa menggunakan gigi palsu.

Bersamaan dengan pengobatan gigi tersebut sebenarnya dia juga melakukan pengobatan ke berbagai dokter saraf dan tusuk jarum yang ada di Jakarta bahkan sampai Singapura, namun lagi-lagi semua itu sama sekali tak membuahkan hasil. “Menurut dokter saraf ternama di Jakarta, jika sakit saya ini sulit untuk disembuhkan. Makanya saya sempat kecil hati dan setengah putus asa,” cerita Anton.

Bahkan ada seorang dokter saraf paling ternama di sebuah rumah sakit di Tangerang mengatakan bahwa ia mau saja melakukan operasi tapi soal kesembuhan diserahkan kepada Tuhan. “Tentu saja saya menolak mentah-mentah,” ujar Anton yang kalau tidak ingat Tuhan dan dosa, orang yang sakit seperti dirinya bisa jadi lebih baik mengakhiri hidup daripada menanggung derita yang begitu luar biasa. 

Setelah sekian lama berjuang mencari kesembuhan beruntung suatu ketika ia mendapat informasi tentang keberadaan RS. Bedah Surabaya dan dokter bedah saraf yang bisa melakukan operasi tersebut. Seketika itu juga dia berangkat menuju Surabaya, untuk dilakukan serangkaian pemeriksaan. “Bagaikan mendapat mukjizat, setelah tersadar di ruang ICU setelah operasi, rasa nyeri hebat di wajah saya itu hilang sama sekali,” kata Anton, yang sebenarnya agak menyesal mengapa informasi keberadaan dokter yang berhasil menyembuhkan dirinya saat ini datang terlambat.  
make appoinment