26 Tahun Disetrum Dan Diris-iris

20 Sep 2018

Nyeri hilang seketika selesai operasi


Saya seorang transmigran di Bengkulu, awalnya kehidupan berjalan normal biasa bertani dan membuka warung kelontong di rumah. Usaha saya beranjak maju dan bekerja semakin giat, hingga ditahun 1984, saat sarapan tiba-tiba merasakan sakit di gusi, gigi, dan rahang kanan yang luar biasa seperti disetrum dan diiris-iris rasa sembilu yang dalam, lalu datang ke dokter gigi karena tidak kunjung sembuh maka diputuskan mencabut gigi, tetapi tidak sembuh bahkan nyeri semakin menjadi-jadi.

Selama 26 tahun masa sulit, tetapi saya memaksa bekerja sekeras-kerasnya. Pagi bertani dan sore hari berangkat ke pantai membeli ikan dari nelayan untuk dijual dari rumah ke rumah guna menambah penghasilan demi menyekolahkan anak. Saking nyerinya terkadang saya tidak kuat lagi pulang dari laut dan minta dibantu anak lelaki saya, hanya satu doa saya saat itu semoga kelak anak saya bisa sekolah tinggi dan bisa membantu mengobati bapaknya.

Belasan dokter dan dokter spesialis sudah saya kunjungi, belasan pengobatan alternatif juga sudah dicoba hingga mendatangi beberapa pakar pengobatan alternatif yang sering muncul di TV Jakarta, Bekasi, dan di berbagai kota lainnya namun sia-sia.

Operasi pemotongan saraf rahang kanan dilakukan pada tahun 1990 di klinik gigi terkenal di Jakarta. Juga injeksi gliserol di RS terkemuka, walaupun sebelumnya dilakukan MRI tapi tidak bisa menemukan kelainan.

Pupuslah harapan saya selama puluhan tahun mencari penyembuhan, disaat jiwa mengambang dan pikiran hampa pasrah ingin mengakhiri hidup ini, tapi saya teringat cucu saya yang membuat sadar untuk bangkit lagi, berusaha kembali mencari penyembuhan. 

"Akhirnya Tuhan memberi jalan kesembuhan untuk ayah lewat internet. Saya mengenal dr. Sofyan yang mengembangkan teknik Microvascular Decompression (MVD). Awalnya saya ragu karena usia ayah sudah 68 tahun, namun setelah browsing di Internet saya yakin metode ini paling efektif dengan resiko minimal," cerita Teguh Sanyoto putra pak Warsono yang tinggal dan bekerja di Jakarta.

"Nyeri hilang seketika selesai operasi di bulan April 2010. Pemulihan ayah sangat singkat, bahkan hari ketiga sudah bisa pulang ke Jakarta naik pesawat. Saat ini ayah sudah menjalankan hobi bercocok tanam di pekarangan di Bengkulu, bekas luka operasi 3 cm di belakang telinga sudah hilang, dan sudah mengendarai sepeda motor," imbuh Teguh.
Share Profile
make appoinment