Berbagi Kesembuhan Serta Kebahagiaan Melalui Komunitas Brain Spine Indonesia
Berawal dari tragedi kematian seorang warga Hongkong, yang bunuh diri saat tugas di jalan, baru kemudian diketahui dari media setempat bahwa korban adalah seorang penderita nyeri di wajah yang tak kunjung sembuh. Tidak tahan terhadap serangan nyeri hebat yang digambarkan seperti di setrum petir, di tusuk-tusuk tajam, panas pada gigi, gusi dan separuh wajah ini akhirnya berujung pada kematian tragis.
Kisah di media ini sangat membekas pada diri Chen Chun Chin warga Hongkong yang ternyata menderita hal yang sama dan sangat mengerikan bila serangan tiba-tiba datang. Chen Chun Chin yang tinggal di Vancouver Masion Kingstone Hongkong ini tidak menyangka dalam pencarian kesembuhan, dia bisa berkenalan dengan sebuah komunitas yaitu Brain Spine Indonesia, yang ternyata perkumpulan orang-orang yang pernah mengalami gangguan saraf sejenis.
Atas saran dan dorongan dari Nancy Sinatra dari Surabaya yang juga mantan penderita, maka berangkatlah Chen Chun Chin ke Surabaya dan menjalani operasi bedah mikro hingga sembuh total dari derita panjang yang sangat menyiksa ini. Gejala nyeri wajah ini sebetulnya akibat persentuhan saraf nomor lima dengan pembuluh darah kecil di wilayah batang otak yang dikenal sebagai Trigeminal Neuralgia dan sudah banyak diketahui luas di Indonesia karena dari panjuru tanah air banyak yang berobat di Surabaya, hal ini tidak lepas dari kerja keras komunitas yang dipimpin Lilih Dwi Priyanto, mantan pasien kejang separuh wajah yang juga pendidik dan setelah sembuh berhasil sukses meraih gelar doktor dibidang pendidikan teknologi.
Teman dikala sakit dan sahabat dikala sembuh, sebuah motto yang didengungkan komunitas brain spine ini telah membantu mengedukasi masyarakat luas dan berbagi kesembuhan serta kebahagiaan dengan menerbitkan banyak majalah, tidak jarang juga melakukan home visit para pasien ke beberapa daerah atau kota bahkan sampai ke Singapore. Bravo Indonesia Brain Spine Community !